Kursor

Kamis, 06 Maret 2014

Adigang Adigung Adiguna


Adigang Adigung Adiguna, kata ungkapan tersebut sering kita dengar dan hampir setiap waktu ada yang menyampaikan kata ungkapan tersebut, kali ini saya akan mencoba mengulas tentang ungkapan adigang, adigung, adiguna sebagai arti dari filsafat orang Jawa. Ungkapan adigang, adigung, adiguna merupakan salah satu filsafat Jawa yang selalu mengingatkan kita sebagai manusia sosial untuk tidak berlaku adigang, adigung, adiguna. Dalam tulisan di link http://jv.m.wikipedia.org/wiki/Adigang,_adigung,_adiguna diartikan sebagai berikut : Adigang iku tegesé: ngandelaké marang kakuwatané (mengandalkan kekuatannya), Adigung iku tegesé: ngandelaké marang gedhéné (mengandalkan kebesarannya), Adiguna iku tegesé: ngandelaké marang kapinterané (mengandalkan kepandaiannya). Yang diartikan secara garis besar yaitu : Orang jangan mengandalkan kekuatan masing – masing. Ada pakar bahasa Jawa yang mengartikan adigang, seorang pemimpin tidak selayaknya mengandalkan kekuasaannya untuk bertindak sewenang-wenang dan berlaku sombong. Adigung, berarti seorang pemimpin jangan mengandalkan kepandaiannya untuk membodohi dan membohongi rakyat. Sedangkan adiguna, berarti seorang pemimpin jangan berani dan pintar berdiplomasi hanya untuk mengingkari janji atau kebenaran (berdalih). Dari kedua arti yang disampaikan diatas menjadi sangat menarik ketika kedua tafsir tersebut kita jadikan satu, sehingga akan menjadi : Seorang pemimpin sebaiknya tidak mengandalkan kekuatan, kekuasaan dan kepandaiannya untuk kepentingan pribadi. Apabila kita artikan demikian maka filsafat Jawa tersebut menjadi sebuah pelajaran yang selaras dengan jaman yang serba modern ini. Apalagi disaat keadaan Negara kita mengalami sedikit ontran – ontran tentang kepemimpinan. Bisa kita lihat di berita – berita televisi bagaimana perilaku pemimpin kita yang seolah tidak mempedulikan nasib rakyatnya, disaat ekonomi masyarakat melemah mereka justru mengadakan hajatan menikahkan anak dengan biaya yang sangat fantastis, ada pula yang menggunakan kekuasaannya untuk alasan studi banding ke luar negeri padahal mereka plesiran seperti yang dilakukan oknum-oknum wakil rakyat. Tidak bisa kita pungkiri bahwa sifat adigang, adigung, adiguna selalu menyertai manusia, bahwa sifat tersebut memang sudah menjadi bawaan sejak lahir. Namun demikian bukan berarti kita membolehkan sifat tersebut berkuasa atas diri kita. Sebagaimana dalam Serat Wulangreh ciptaan Ingkang Sinuwun Sunan Pakubuwana IV : Tembang Gambuh : wonten pocapanipun, adiguna adigang adigung, pan adigang kidang adigung pa èsthi, adiguna ula iku telu pisan mati sampyuh Kalau kita bisa meredam salah satu sifat ini, yang lain dengan sendirinya akan sirna. Mengapa demikian ? Karena ketiga sifat tersebut saling terkait satu dengan yang lain, maka apabila salah satu sifat tersebut bisa hilang atau diredam, maka yang keduanya juga ikut hilang atau teredam. Demikian penjelasan tentang adigang, adigung, adiguna yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi tambahan wawasan bagi kita semua.

0 komentar:

Posting Komentar